Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera (BBWSS) VIII, Birendrajana mengungkapkan, nilai kontrak proyek senilai 3,74 triliun. Kontrak kita dari akhir 2018 hingga 2023, tahun lalu kami baru fokus di jalan masuk dengan panjang 13 kilometer.
“Tahun ini terdapat progress yang baru, bangunan ini akan menjadi bendungan terbesar di wilayah Sumsel. Volume tampungan bendungan sebesar 105 juta kubik air dengan tinggi 122 meter dan progresnya memang masih kecil baru sekitar 6 persen karena terdapat refocusing anggaran akibat adanya COVID 19 sebesar 400 milyaran sehingga sisanya hanya 51 milyar dari total anggaran tahun ini 450 milyar,” ungkapnya, Senin (24/8/2020)
Lanjut Biren, bendungan ini digunakan untuk beberapa fungsi. “Pertama untuk mengairi irigasi pertanian di Komering seluas 72 ribu hektare namun baru kita bangun 60-an ribu hektare, kedua untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) lebih kurang 40 megawatt, ketiga untuk reduksi banjir, dan juga untuk pariwisata,” ujarnya.
“Tentunya dalam pelaksanaan proyek ini, kami lakukan monitoring dengan ketat baik dari pihak BBWS maupun dari pihak konsultan supervisi. Adanya proses proses yang aharus dilewati, seperti sertifikasi desain yang berasal dari rekomendasi Komisi Keamanan Bendungan (KKB) Kementerian PUPR terlebih dahulu.” kata Biren.
Ia menambahkan , untuk setiap permasalahan, biasanya kami konsultasikan dengan bagian pembinaan di pusat.
“Nanti ketika pekerjaan bangunan ini selesai, akan diadakan monitoring dan inspeksi setiap tahunnya guna mengecek bangunan tersebut. Terdapat juga unit yang akan mengelola terhadap bendungan ini,” tambahnya.
Selanjutnya, kami mengharapkan kepada masyarakat dan stakeholder dari berbagai sektor untuk bersama-sama menjaga perairan kita, sungai, sumber air. “Apabila infrastruktur telah selesai kita bangun, mari kita jaga, untuk kepentingan kita bersama. Jangan dirusak,” tutupnya.
Laporan Abror Vandozer