Ia menuturkan bahwa Kemen PPPA mengusulkan beberapa upaya, diantaranya yaitu mendukung kampanye transformatif, mempromosikan profil perempuan yang menjadi pemimpin di bidang STEM, serta melakukan berbagai inisiasi yang dipimpin perempuan dalam bentuk pelatihan dan mentorship.
“Selain itu, memberikan apresiasi kepada perusahaan yang mengadopsi praktik kesetaraan gender sehingga bisa menginspirasi perusahaan lainnya; mendorong berbagai pusat pendidikan untuk meningkatkan partisipasi siswi-siswinya dalam berbagai kegiatan STEM,” tutur Menteri Bintang.
Adapun terkait persoalan kesenjangan literasi keuangan yang dialami perempuan, Menteri Bintang mengungkapkan strategi utama untuk menutup kesenjangan tersebut adalah dengan memastikan aksesibilitas yang sama bagi perempuan dan laki-laki terhadap kepemilikan aset dan layanan keuangan. Indonesia telah memulai dengan beberapa langkah intervensi, diantaranya dengan menerbitkan Strategi Nasional Keuangan Inklusif Perempuan pada 2020, dan telah diakui Asian Development Bank sebagai yang pertama dan satu-satunya di dunia.
“Terkait dengan literasi digital pada perempuan, kami terus mendukung upaya perluasan intrastruktur IT ke seluruh pelosok tanah air. Sedangkan upaya untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja, intervensi progresif perlu diwujudkan dengan target kesempatan kerja 25% yang diupayakan dapat kita capai pada 2025. Beberapa langkah penting yang kami usulkan yaitu mengatasi kesetaraan gender dalam kesenjangan upah, perlindungan sosial, pemenuhan hak-hak pekerja, penghapusan pelecehan seksual, hingga proses rekrutmen yang masih diskriminatif,” kata Menteri PPPA itu.