Prahara di Pulau Maspari: di Balik Purnama

BAB 10: Prahara di Pulau Maspari: di Balik Purnama
BAB 10: Prahara di Pulau Maspari: di Balik Purnama

Pulau Maspari, Perairan Selatan Swarnadwipa

by Agus Sulaiman SE & Rohadi Wijaya

WIDEAZONE.com | Sinar bulan menyusup lembut dari balik bingkai jendela kapal. Cahaya menjelang bulan purnama itu membuat lantai kayu menjadi tempat peraduan antara warna seputih perak dengan cahaya lampion merah yang menggantung di atas geladak. Riuh air laut di balik dinding kapal terdengar jelas saat tersapu angin. Seolah-olah, mereka ingin menyapa Shi Daniang yang duduk termenung di bawah jendela. Gadis berhidung mancung itu sesekali melirik wajah kedua adiknya yang terlelap di sisi tempatnya duduk memandang sang dewi malam.

Lampion-lampion merah yang tergantung di atap geladak bergoyang-goyang pelan mengikuti ayunan gelombang air laut. Sejak sore tadi, seluruh kapal armada telah melepas jangkarnya. Rombongan armada Laksamana Cheng Ho seperti hendak memagari perairan Pulau Maspari. Shi Daniang masih tidak mengerti kenapa kapal-kapal armada laut berhenti di tengah laut.

Padahal, waktu tempuh ke pelabuhan Palembang hanya tinggal satu malam lagi. Rasanya, ia ingin segera tiba di tempat tujuanya, menghirup wangi tanah dan semerbak aroma bunga-bunga di tepi dermaga. Sayangnya, ia harus menunda hingga bulan purnama di langit perairan Maspari berakhir. Suara lantai dan dinding kayu berderak-derak di hantam ombak.

Mengusik gadis berhidung mancung itu beranjak berdiri, melihat pemandangan bulan menjelang purnama dari balik bingkai jendela. Di langit, bulan hampir purnama itu bersinar terang. Di balik gumpalan awan tipis, bintang-bintang bersanding dengan sang dewi malam menampilkan atraksi cahaya di sela-sela deru ombak yang saling mendorong ke tepian karang pulau Maspari.

Bayangan tiangtiang kapal yang berbaris di bawah sinar bulan semakin membiusnya dengan sejuta pesona. Untuk sejenak pemandangan di atas samudera itu mampu mengalihkan kegelisahan yang dirasakan oleh Shi Daniang. “Ada apa ini?” Suara genderang saling bersahutan terdengar dari setiap kapal armada. Gadis berhidung mancung itu menjulurkan kepalanya ke luar jendela. Ia berusaha mencari tahu kenapa prajurit di kapal yang ditumpanginya ikut menabuh genderang. Hembusan angin laut membuat rambut panjang Shi Daniang menari-nari liar.

banner 468x60

banner 468x60