MENJADI wartawan yang baik dan profesional tidak segampang membalikkan telapak tangan. Sebab profesi ini harus disertai dengan kesiapan mental dan spiritual yang kuat.
Pertanyaannya, bagaimana cara menjadi wartawan yang profesional dan memiliki kepekaan untuk mengelola persoalan yang berkembang di lapangan?
Nah ini yang perlu kita persiapakan adalah ilmu. Ilmu yang berkaitan dengan berbagai kaitan nilai-nilai sosiologi kemasyarakatan, politik, pemerintahan, ekonomi, seni dan budaya.
Apakah ilmu kewartawanan mampu mengelola semua persoalan yang disebutkan? Untuk itulah, sebagai upaya untuk memberikan pengetahuan bagi insan pers Persatuan Wartawan Indonesia [PWI] menggelar Sekolah Jurnalis Indonesia [SJI].
PWI Pusat dalam gelaran SJI menyasar setiap provinsi, di antaranya Sumatera Selatan yang dibuka langsung Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun.
“Peran penting PWI dalam mengisi demokrasi di Indonesia bahwa bukan sekedar penyampai informasi saja namun sebagai tombak demokrasi bangsa,” ungkap Hendry Ch Bangun di depan puluhan peserta SJI di Aula STISIPOL Palembang, Selasa 6 Agustus 2024.
Ketum PWI Pusat mengatakan PWI lahir jauh sebelum organisasi lain ada sehingga peran PWI sangat penting dalam sistem demokrasi kita.
“Ayo kita jadikan Sumsel sebagai tempat pusat pendidikan jurnalistik,mudah mudahan acara ini dapat bermanfaat bagi para jurnalis di Sumsel,” tukasnya.
Diketahui, kegiatan berlangsung selama lima hari, dari 6 hingga 10 Agustus 2024 dan diikuti 35 peserta yang tergabung dalam PWI Sumsel.
Turut hadir Dirut SJI PWI Pusat Ahmed Kurnia, Ketua PWI Sumsel Kurnaidi ST, Perwakilan L2DIKTI Wil 2 Bagian Kerjasama Romi, Karo Humas dan Protokol Setda Sumsel Toni Kurniawan.
Peran dan Pengetahuan Wartawan
Sebelum kita terjun ke lapangan sebagai wartawan, kita akan ragu, apa yang harus kita perbuat. Sebab ketika kita di lapangan, kita akan menanyakan apa dan bertanya ke siapa? Ini persoalan yang dihadapi wartawan pemula.
Tapi yakinlah, ketika menguasai ilmu kewartawanan maka segala persoalan yang kita hadapi akan dapat diatasi. Kuncinya? Nah, ini yang perlu kita pelajari.
Bagaimana peran pengetahuan wartawan? Pertanyaan ini memang gampang dijawab namun sulit diaplikasikan di lapangan. Karena itu menjadi wartawan gampang. Yang sulit adalah menterjemahkan fungsi diri kita di lapangan.
Sebab seorang wartawan tak hanya menggelandang di lapangan saja, tapi dalam tugasnya dia membawa misi untuk mengangkat persoalan yang berkembang di lapangan menjadi berita.
Berita sosial yang berkaitan dengan politik, pemerintahan, bisnis [ekonomi], kriminalitas, seni budaya, serta berita terkait kepentingan sosial kemasyarakatan.
Lantas ada unsur apa di balik format berita yang kita tulis. Orang kadang-kadang keliru bahwa unsur yang dikemukakan dalam berita adalah politik, human social, bisnis dan seterusnya. Itu keliru.
Unsur adalah rumusan berita yang kita tulis. Kerangkanya adakah lima W dan satu H [5W + 1 H]. Kerangka inilah yang dapat membangun emosi pembaca dalam penyajian berita yang kita tulis. Benarkah?
5W + 1H
Kerangka apa yang kita bangun untuk menulis berita sehingga tidak membuat orang complain ketika membacanya?
Di sisi inilah yang perlu kita perhatikan. Sebab sesuai Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 seorang wartawan harus mencari dan menulis berita sesuai runutan bab dan pasal-pasal dalam undang-undang tersebut.
Apa 5W +1H? Lima W dan satu H adalah kerangka yang merumuskan persoalan yang kita gali di lapangan. Misalnya, W, apakah W dimaksud?
Dari runutan kerangka berita, W adalah bentuk pertanyaan. Sebab lima W plus satu H adalah bentuk pertanyaan. Misalnya W [what], W [why], W [who], W [where], W [when] plus how [H].
Nilai pertanyaan pertama what [apa]. Pertanyaan pertama ini menyatakan apa corak berita yang kita gali. Misalnya berita kriminal. Berita kriminal harus kita pisahkan menjadi tiga, berita kriminal tingkat bawah, menengah, dan tingkat atas.
Tingkat bawah, yakni berita copet, maling, mengurangi timbangan ketika berdagang di pasar, dan lain sebagainya. Sedangkan kriminal tingkat menengah, pencurian disertai pembunuhan.
Kemudian kriminal tingkat atas adalah korupsi dengan jumlah angka yang besar. Korupsi ini melibatkan orang-orang besar. Setidaknya ada penyuap dalam korupsi itu, seperti pihak ketiga [pengusaha] atau orang suruhannya.
Setelah kita pahami persoalan yang akan kita garap di lapangan, kita pahami pula kerangka lanjutan. Misalnya why [mengapa].
Apa why. Dari sini kita memulai investigasi di lapangan. Mengapa kasus kriminal [korupsi] itu terjadi. Kita tentu sibuk ke sana-sini sembari melakukan tugas pers, menanyakan ke siapa-siapa sosok yang terlibat [who] dalam korupsi itu.
Kerangka selanjutnya adalah di mana korupsi itu dilakulan [where] dan kapan kejadiannya [when] berlangsung. Bisa saja korupsi itu dilakukan di satu tempat, sedangkan suap yang diberikan pengusaha kepada pelaku korupsi dilakukan di tempat lain lagi.
Ini sangat menarik. Kita bisa berekspresi ke sana-sini sehingga berita yang kita tulis sangat menggetarkan emosi pelaku. Bahkan bisa menjadi referensi bagi wartawan lain karena kelengkapan isi berita yang kita tulis.
Setelah berita itu viral [memanas] di permukaan, episode selanjutnya adalah how [bagaimana]. Di sinilah kunci keberhasikan itu ditentukan.
Sebab kita masih membutuhkan bahan-bahan berita yang dapat lebih menggedor persoalan itu, sehingga masalah mendasarnya dapat terkuak.
Justru berita yang kita tulis ini menjadi acuan pihak berwajib untuk membuka siapa-siapa saja yang terlibat dan bahkan dilibatkan dalam kasus itu.
Berbagai Narasumber dalam SJI
Penyelenggaraan Sekolah Jurnalis Indonesia [SJI] di Sumatera Selatan menghadirkan bernagai narasumber atau pemateri handal, berkompeten di bidangnya.
Pemateri tersebut di antaranya Ketum PWI Pusat Hendry Ch Bangun dengan menyampaikan materi tentang Wawasan Kebangsaan dalam Jurnalistik, Eko Putra dengan Filosofi Profesi Wartawan.
Kemudian, Ahmed Kurnia dengan paparan Berpikir Kritis dan Kreatif, Khairul Jasmi terkait bahasan Bahasa Indonesia dalam Jurnalistik, Maspril Aries dengan Teknik Wawancara, Hemdro Basuki merujuk pada Integritas.
Icuk Muhammad Sakir dengan paparan Mencari dan Mengembangkan Berita, Eko Ardiyanto [IDN Times] pada Jurnalisme Multi Tasking, Aria [Katadata] dengan Jurnalisme Data Visualisasi dan Infografis.
Selanjutnya, Dr Aqua Dwipayono memnerikan materi Membangun Jaringan Kerja Wartawan yang Berintegritas, Merdi Safansyah dalam Videografi dan Pemanfaatan AI hingga Tagar Siagian dengan Fotografi.
Untuk diketahui dalam SJI terdapat penilaian terhadap peserta, dan tentunya hasil akhir akan diberitahukan bagaimana tingkat kelulusan pada hari ini, Sabtu 10 Agustus 2024. [Abror V]