Mempertimbangkan Kecerdasan Anak Anak Bangsa Sendiri

FRONT Mahasiswa Palembang (FMP) yang terdiri dari mahasiswa Universitas dan Perguruan Tinggi di Palembang melakukan konsolidasi menyoroti kebijakan Menteri BUMN Erick Tohir dengan menunjuk Warga Negara Asing (WNA) menjadi direksi dan komisaris di BUMN.
FRONT Mahasiswa Palembang (FMP) yang terdiri dari mahasiswa Universitas dan Perguruan Tinggi di Palembang melakukan konsolidasi menyoroti kebijakan Menteri BUMN Erick Tohir dengan menunjuk Warga Negara Asing (WNA) menjadi direksi dan komisaris di BUMN.

TAK ada asap jika idak ada api. Kata terindah ini memunculkan sebab akibat suatu persoalan.

Demikian pula munculnya gejolak sosial di lapangan. Mencermati sikap marah sejumlah mahasiwa yang tergabung dalam Front Mahasiswa Palembang (FMP) terhadap kebijakan tak berpihak ke pada keadaan bangsa sendiri. Mereka menggeliat marah.

banner 468x60

Kebijakan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir dinilai telah memilih warga negara asing (WNA) untuk menduduki jabatan direksi di Transformasi Bisnis Holding Rumah Sakit BUMN Pertamedika.

Adalah Antonius Rainer Haryanto, warga negera Australia, yang dinilai mahasiswa himpunan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik (Stisipol), Universitas Indo Global Mandiri, Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah, STIHPADA dan Setya Negara, ditunjuk Erick Tohir sebagai direksi dan holding RS BUMN Pertamedika.

Apakah tindakan Erick Tohir itu keliru? Yang pasti, apabila untuk meningkatkan profesionalisme kerja memang tidak salah.

Bahkan bisa saja upaya Antonius Rainer Haryanto untuk pengembangan manajemen RS BUMN Pertamedika bisa saja membaik.

Namun dari sisi prikologis, negeri ini memang membutuhkan orang profesional yang mampu mengatrol eksistensi lembaga sebesar RS BUMN Pertamedika.

Apakah tenaga anak-anak bangsa yang cerdas, penuh gagasan dan mampu melakukan itu sudah tidak ada lagi?

Dari sisi yang perlu digarisbawahi inilah harusnya Menteri BUMN, Erick Tohir dapat mempertimbangkan tenaga-tenaga kerja bangsa sendiri.

Karena banyak tenaga kerja anak-anak bangsa yang cerdas, penuh dedikasi yang “tak dipakai” di negeri ini justru memiliki prestasi di luar negeri.

Wajar jika mahasiswa Font Masiswa Palembang mempertanyakan kebijakan Erick Tohir yang lebih memilih orang luar dibanding anak bangsa sendiri.

Jika mempertimbangkan kepentingan nilai seperti itu, harusnya kita koordinasikan secara nasional sehingga kita dapat mencari solusi terbaik untuk menetapkan jabatan tinggi sekelas direksi atau holding di RS BUMN Pertamedika. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *